Pintar Saja Tidak Cukup

Posted: 6 April 2015 in Sentil
Tag:, ,

Banyak orang pintar di dunia ini, di sekitar kita lebih spesifiknya. Pada dasarnya dunia ini tentu membutuhkan banyak orang pintar, terutama di Indonesia, sepertinya. Tapi, itu bukan berarti semua orang pintar berguna bagi semua orang. Dengan kata lain, kepintaran seseorang tidak menjamin seseorang tersebut dapat berguna dalam suatu tatanan kemasyarakatan. Apa iya?

Begini saja, lupakan sebentar pernyataan saya di atas, saya ingin memberikan sedikit contoh, dan tentunya Anda sendiri dapat memberi kesimpulan menurut sudut pandang Anda. “Di suatu desa kecil terdapat satu orang lulusan master (apapun itu) dari suatu perguruan tinggi. Oleh warga ia dianggap sebagai yang paling pintar di antarawarga lainnya, mungkin karena ia satu-satunya yang mampu menempuh taraf pendidikan tinggi. Ketika ia berjalan melewati sebuah jalan dan di tengah jalan terdapat batu kecil tapi cukup membahayakan pengguna kendaraan jika melindas batu tersebut. Si master itu tahu kalau ada batu tersebut di tengah jalan, tapi ia tidak berusaha memindahkan batu tersebut (mungkin karena ia menganggap batu itu tidak berbahaya atau ia sedang terburu-buru itu urusan belakangan). Lalu, seorang lain (entah itu pedagang keliling, tukang becak, pengamen, dan sebagainya) juga melewati jalan itu dan melihat batu tersebut di tengah jalan. Sesegera mungkin ia memindahkannya. Yang ia pikirkan hanya kalau-kalau batu itu menyebabkan kecelakaan meskipun ringan, atau batu itu terpental ke suatu arah hingga melukai atau merugikan orang lain. Pertanyaannya adalah pihak manakah yang paling berguna terhadap lingkungan sekitar jika dilihat cerita tersebut?

Cerita di atas hanya sebuah gambaran kecil betapa orang yang pintar secara teoritis, titel, konseptual, dan lain sebagainya tidak melulu berguna bagi masyarakat. Karena di dunia ini, khususnya di Indonesia, yang kita butuhkan bukan lagi orang pintar (saya berpendapat sudah terlalu banyak orang pintar di Indonesia), melainkan orang yang memiliki kesadaran baik itu pada taraf yang tinggi atau ringan sekalipun.

Kesadaran, bagaimanapun bentuknya, akan berharga demi kelangsungan hidup kita bersama. Itulah kenapa di dunia nyata, kita tidak membutuhkan superhero semacam the Avengers, Spiderman, Superman, dan kawan-kawannya yang mencoba menyelamatkan dunia dengan jurus-jurusnya. Tapi, sejatinya modal utama dari para seuperhero tersebut adalah kesadaran bahwa mereka harus menyelamatkan dunia dengan caranya masing-masing. Intinya, kita tidak butuh berbagai macam jurus untuk menyelamatkan dunia (secara spesifik lingkungan kita), kita hanya butuh kesadaran secara naluri tentang apa yang harus kita lakukan. Dan itu banyak caranya, man! Dari hal-hal kecil saja lah, seperti mematikan keran agar air tidak terbuang percuma, mematikan lampu ketika dirasa sudah terang dan tidak dibutuhkan, menyingkirkan kerikil dari tengah jalan, berkendara perlahan ketika melewati kubangan, dan hal-hal kecil lainnya yang mungkin kita anggap tidak penting.

Ini bukan persoalan penting tidak penting, harus tidak harus, ini persoalan bagaimana kita menyikapi lingkungan sekitar kita. Kalau saya, memilih untuk menjadi orang bodoh yang memiliki kesadaran itu lebih baik dari pada menjadi orang pintar yang tidak memiliki kesadaran. Pilihan terbaik tentunya menjadi orang pintar yang memiliki kesadaran. So, Anda memilih di posisi yang seperti apa?!

Tinggalkan komentar