Hubungan Sastra dan Masyarakat (Pengantar Sosiologi)

Posted: 14 Januari 2011 in Kuliah, sastra

LATAR BELAKANG
Sastra merupakan penggambaran kehidupan yang dituangkan melalui media tulisan. Terdapat hubungan yang erat antara sastra dan kehidupan, karena fungsi sosial sastra adalah bagaimana ia melibatkan dirinya ditengah-tengah kehidupan masyarakat (Semi, 1989:56).
Melalui sastra, pola pikir seseorang atau kelompok masyarakat dapat terpengaruh. Karena sastra merupakan salah satu kebudayaan, sedangkan salah satu unsur kebudayaan adalah sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, di dalam sebuah karya sastra tentu akan terdapat gambaran-gambaran yang merupakan sistem nilai. Nilai-nilai yang ada itu kemudian dianggap sebagai kaidah yang dipercaya kebenarannya, sehingga pola pikir masyarakat dapat terbentuk melalui karya sastra.

PEMBAHASAN
Sosiologi Sastra
Dalam kaitannya menghubungkan antara sastra dan perubahan sosial, peran sosiologi sastra sangat penting. Karena sosiologi sastra hanya mengkhususkan diri menelaah sastra dalam hal sosial kemasyarakatan. Seperti yang tercantum di dalam pengertian sosiologi itu sendiri yaitu suatu telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang sosial dan proses sosial. Sedangkan Sastra merupakan penggambaran kehidupan manusia dan masyarakat yang dituangkan melalui media tulisan (Semi, 1989:52). Jadi, kedua hal tersebut sama-sama berhubungan dengan manusia dan masyarakat.
Dalam mengikuti perkembangan karya satra secara serius, perlu adanya pendekatan dimana karya sastra tidak lagi dicap sebagai tulisan yang hanya berupa kreasi imajinatif saja, akan tetapi lebih memperhatikan sastra dari sudut pandang “maknanya”. Berbagai macam pendekatan yang dilakukan terhadap karya sastra Yang ada pada sosiologi sastra, seperti sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang berkenaan dengan penciptaan karya sastra; yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri dan pengaruhnya terhadapa pembaca.
Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra (Wiyatmi, 2006). Oleh karena itu, secara garis besar pondekatan ini merupakan suatu pendekatan yang menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia terutama menyangkut kehidupan kemasyarakatannya.
Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Wellek dan Warren (dalam Sayuti, 2007) membagi telaah sosiologis menjadi tiga klasifikasi. Pertama, sosiologi pengarang, yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang. Kedua, sosiologi karya sastra, yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra. Yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya. Ketiga, sosiologi sastra yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.

Hubungan Sastra, Masyarakat, dan Kebudayaan
Sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, yang tidak berubah, tetapi merupakan sesuatu yang dinamis, yang senantiasa berubah. Hubungan antara kebudayaan dan masyarakat itu sangat erat, karena kebudayaan itu sendiri, menurut pandangan antropolog, adalah cara suatu kumpulanmanusia atau masyarakat mengadakan sistem nilai, yaitu berupa aturan yang menenukan suatu benda atau perbuatan lebih tinggi nilainya, lebih dikehendaki, dari yang lain. Kebanyakan ahli antropologi melihat kebudayaan itu sebagai satu keseluruhan, dimana sistem sosial itu sendiri adalah sebagian dari kebudayaan.
Kebudayaan memiliki tiga unsur:
1. Unsur sistem sosial
2. Sistem nilai dan ide
3. Peralatan budaya

Bila ciri kebudayaan itu kita letakan pada sastra dan kita kaitkan pula dengan masyarakat yang menggunakan sastra itu, maka kita dapat mengatakan bahwa nilai suatu sastra itu pada umumnya terletak pada masyarakat itu sendiri. Kesustraan itu pada dasarnya bukan saja mempunyai fungsi dalam masyarakat, tetapi juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat. Sebagaimana juga dengan karya seni yang lain, sastra mempunyai fungsi social dan fungsi estetika.

Sastra Sebagai Sumber Nilai Bagi Masyarakat
Terdapat berbagai macam aliran dalam karya sastra, salah satunya adalah aliran realisme. Aliran tersebut memfokuskan karya sastra terhadap apa yang ada di dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, aliran ini sangat erat hubungannya dengan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat kita.
Karya sastra yang menggunakan aliran ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan sosial bangsa Indonesia, terutama dalam hal pola pikir. Contohnya saja Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli yang mampu membuka pola pikir masyarakat kita yang sejak zaman dahulu mengenal budaya kawin paksa. Novel tersebut memberikan kesan kepada pembaca bahwa kawin paksa merupakan suatu hal yang negatif. Banyak hal-hal negatif yang muncul akibat proses kawin paksa. Dengan adanya novel tersebut pola pikir masyarakat cenderung berubah. Terutama dalam segi kehidupan berkeluarga. Hal tersebut bisa terjadi tergantung bagaimana kekuatan mempengaruhi yang ada di dalam karya sastra itu sendiri.
Selain novel di atas, Novel Belenggu juga merupakan salah satu novel yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Melalui novel tersebut, pengarang berusaha menyampaikan pesannya kepada pembaca bahwa di dalam menjalani hubungan kekeluargaan waktu dan perhatian bagi antar anggota keluarga sangat penting. Jika hal demikian tidak bisa terpenuhi, maka perpisahan adalah konsekuensinya. Dengan adanya novel tersebut, pola pikir masyarakat tentu akan terbangun. Masyarakat akan lebih mempertimbangkan nilai-nilai yang ada pada karya tersebut karena karya tersebut mengemukakan alasan dan konsekuensi yang kongkrit dalam kehidupan sehari-hari.
Boulton (lewat Aminuddin, 2000:37) mengungkapkan bahwa karya sastra menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin pembacanya. Di samping itu, sastra juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan renungan dan kontemplasi batin, dari masalah agama, filsafat. Politik maupun macam-macam masalah kehidupan lainnya. Kandungan makna yang kompleks dan keindahan dalam karya asastra tergambar lewat media kebahasan atau aspek verbal. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa karya sastra mengandung berbagai unsur yang kompleks, yaitu:
1. Unsur keindahan.
2. Unsur kontemplatif.
3. Media pemaparan.
4. Unsur-unsur intrinsik yang menandai eksistensi karya sastra.

Karya Sastra Yang Timbul Akibat Perubahan Sosial Pada Masyarakat

Banyak dari karya sastra bangsa kita yang timbul setelah melihat keadaan yang ada pada saat itu. Karya-karya tersebut tentunya akan bersifat realisme. Pengarang berkesa menceritakan kondisi yang ada dengan bahasa yang ringan agar lebih mudah untuk dipahami. Karena jika tidak deminikan, m aka aka nada kesalahpahaman maksud antar pengarang dengan pembaca. Selain itu, untuk menjadikan karya sastra tersebut menarik, tentunya pengarang harus pintar-pintar dalam memilih kata dan mempermainkan unsure intrinsic yang ada di dalamnya.
“Tetralogi Buru” (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca) adalah karya yang ia buat selama masa pembuangan di Pulau Buru. Seri novel yang mengisahkan tentang Minke itu merupakan karya yang dibuat atas dasar ilham pengarang pada saat melihat kondisi bangsa Indonesia kala itu. Kisah tersebut pada dasarnya adalah kisah hidup seorang jurnalis pribumi Indonesia pertama R.M. Tirto Adi Soerjo, itu pada awalnya dikisahkan secara lisan kepada sesama tahanan di Buru karena tidak adanya fasilitas alat tulis. Titik terang mulai muncul 10 tahun kemudian saat Pram yang selalu berada di bawah sorotan dunia internasional (yang karenanya membuat ia tidak mengalami siksaan seberat tahanan lain, meski gendang telinganya tetap rusak akibat siksaan aparat) mendapat sebuah mesin tik kiriman penulis Prancis Jean Paul Sartre. Namun, mesin tik yang masih baru itu sendiri tak pernah sampai ke tangannya, Angkatan Darat malah menggantinya dengan mesin tik bobrok, yang pitanya harus dibuat sendiri oleh para tahanan itu dengan bahan seadanya. Karya Tetralogi Buru juga hampir saja tak dapat diselamatkan seperti banyak karya-karya Pram lainnya yang dibakar oleh tentara. Tetapi jasa-jasa orang asing seperti seorang pastor Jerman dan seorang warganegara Australia bernama Max Lane yang berhasil menyelundupkan keluar dan akhirnya menerbitkan Tetralogi Buru itu di luar negeri. Tak heran jika Pram pernah berkata, “Karya saya sudah diterjemahkan ke dalam 36 bahasa, tapi saya tidak pernah dihargai di dalam negeri Indonesia.”

Kesimpulan
Keterkaitan antara sastra, manusia, dan masyarakat sangat jelas, Keterkaitan semuanya terdapat di dalam segala aspek. Karena bagaimanapun juga sastra dan kehidupan sama-sama membahas dan membicarakan tentang manusia dan masyarakat. Bagi sastra, masyarakat merupakan faktor terpenting. Sedangkan Masyarakat merupakan objek vital bagi ilmu sosial. Semua hal itu saling mempengaruhi sikap masing-masing. Ketikan sastra telah mengemukakan sesuatu yang benar dalam rekaannya, sedikit banyak akan mempengaruhi sikap sosial dan ketika sosialitas terus berkembang.
Antara sastra dan Perubahan sosial masyarakat tidak ada yang paling menonjol. Dua hal tersebut saling mendukung. Sastra bisa timbul karena perubahan sosial masyarakat, bisa juga perubahan sosial yang ada akibat dari penciptaan sebuah karya sastra.

DAFTAR PUSTAKA
Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra; dari Strulturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sayuti, Suminto A. 2009. Cerkan. Jakarta: Universitas terbuka
Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa
Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Teeuw, A. 2003. Sastera Dan Ilmu Sastera. Jakarta: Pustaka Jaya
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

Komentar
  1. revina elriza berkata:

    tanya
    mw tanya dong .
    kalau sastra kajian lintas sektoral maksudnya apa sih mas ?

    Suka

  2. Risal berkata:

    jangan lupa mampir di Iseng2magic.blogspot.com untuk baca trik sulap lainnya.
    dan Mau tahu info seputar PMII STKIP MUHAMMADIYAH BONE? silahkan kunjungi http://bintangsembilanstkipbone.blogspot.com/

    Suka

  3. anes berkata:

    mas nya PBSI UNY juga to? 😀

    Suka

  4. Ahmad dika berkata:

    Terima kasih

    Suka

  5. fatkhur rizqi berkata:

    ijin kopas

    Suka

Tinggalkan komentar